Sabtu, 30 Mei 2020

Desain Pembelajaran Online learning

Dalam situasi pandemi covid 19, pembelajaran online sangat populer dikalangan orang tua, siswa, apa bagi para pendidik, semuanya sibuk dengan posisinya masing-masing, yang orang tua sibuk membantu anaknya untuk menyelesaikan tugas-tugasnya di samping juga menyiapkan pulsa untuk membeli paketan, anaknya juga sibuk mencari materi yang digunakan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang di berikan oleh gurunya, demikian juga gurunya tak kalah sibuk untuk menyampaikan materi yang biasanya ia sampaikan melalui tatap muka dengan siswanya
Dalam pembelajaran online muncul suatu pertanyaan, Apakah penggunaan teknologi atau desain dari instruksi secara efektif dapat meningkatkan pembelajaran ?. Ada dua jawaban yang berbeda. Satu pihak penggunakan media audio visual dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, pendapat yang lain mengatakan bahwa pembelajaran online akan efektif bila strategi pembelajaran dan isi pelajaran yang dirancang  disesuaikan dengan media yang digunakan.

Dalam pembelajaran online harus mengetahui perbedaan pendekatan-pendekatan dalam belajar sehingga dapat memilih strategi pembelajaran yang tepat. Strategi  harus yang dipilih adalah strategi yang dapat memotivasi para siswa, membentuk manusia seutuhnya, melayani perbedaan individu, mengangkat belajar bermakna, mendorong terjadinya interaksi, memberikan umpan balik, memfasilitasi belajar konstektual dan mendorong selama proses belajar.
Berdasarkan artikel yang berjudul "Foundations of Educational Theory for Online Learning", karya Mohamed Ally dari Athabasca University mengatakan, ada tiga teori belajar yang ia kemukakan dalam artikel tersebut yaitu (1) behaviorisme; (2) kognitivisme; (3) kontruktivisme. Behaviorisme dapat digunakan untuk mengajar"apa" (fakta), strategi kognitivisme dapat digunakan untuk mengajar "bagaimana" (proses dan prinsip-prinsip), strategi kontruktivisme dapat digunakan untuk mengajar "mengapa" (tingkat berpikir yang lebih tinggi, yang dapat mengangkat makna personal dan keadaan dan belajar kontekstual.
Behaviorisme dan Online Learning
Behaviorisme memandang pikiran sebagai "kotak hitam" dalam merespons rangsangan yang dapat diobservasi secara kuantitatif, sepenuhnya mengabaikan proses berpikir yang terjadi di dalam otak. Kelompok ini memandang tingkah laku dapat diukur sebagai indikator belajar. Impementasi prinsip ini dalam mendesain strategi online learning adalah sebagai berikut.
a.Siswa harus diberi tahu secara eksplisit outcome (hasil) belajar sehingga mereka dapat menentukan harapan-harapan dan menentukan apakah dirinya telah berhasil dalam proses pembelajaran online atau tidak.
b.Siswa harus diuji apakah mereka telah mencapai hasil pembelajaran atau tidak atau bentuk lainnya dari ujian dan penilaian.
c.Materi belajar harus diurutkan dengan tepat untuk meningkatkan kemampuan siswa. Urutan dapat dimulai dari yang sederhana ke bentuk komplek, dari yang diketahui sampai yang tidak diketahui dan dari pengetahuan ke penerapan.
d.Siswa harus diberi umpan balik sehingga mereka mengetahui cara melakukan tindakan koreksi jika diperlukan.
Kognitivisme dan Online Learning.
Kognitivisme membagi tipe-tipe siswa  sebagai berikut
a.Tipe pengalam konkret, lebih menyukai contoh khusus yang mereka bisa terlibat dan berhubungan dengan teman-temannya.
b.Tipe observasi reflektif, yaitu mengobservasi dengan teliti sebelum melakukan tindakan.
c.Tipe konsepsualisasi abstrak, yaitu lebih suka bekerja dengan sesuatu dan simbul-simbul dari pada dengan teman-temannya. Mereka lebih senang belajar dan bekerja denga teori dan melakukan analisis sistimatis.
d.Tipe eksperimentasi aktif , yaitu lebih senang belajar dengan melakukan praktek proyek dan melalui kelompok diskusi. Mereka menyukai kelompok metode belajar dengan teman-teman untuk memperoleh umpan balik dan informasi.
Implikasi desain kognitivisme onlin learning adalah sebagai berikut
a.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar