Fungsi Lagu Daerah Jawa Tengah

FUNGSI LAGU DAERAH

KD.3.1. Memahami teknik dan gaya menyanyi lagu-lagu  daerah

Indikator :Menyebutkan teknik dan gaya menyanyi lagu-lagu  daerah

Tujuan Pembelajaran: setelah membaca materi dan melihat tayangan video, peserta didik dapat.

1.Menjelaskan makna lagu-lagu  dari jawa tengah

2.Menyebutkan judul lagu - lagu daerah sebagai sarana informasi / penerangan

3.Menyebutkan judul lagu-lagu daerah yang relegius

4.Menyebutkan jenis-jenis pernafasan

5.Menjelaskan pengertian Intonasi.

6.Menjelaskan pengertian lagu daerah

7.Menyebutkan ciri-ciri lagu daerah

8.Menjelaskan gaya lagu daerah

Di daerah Jawa Tengah adalah salah satu daerah yang memiliki banyak lagu daerah tembang  dolanan dengan bahasa Jawa. Tembang-tembang dolanan ini memiliki banyak nilai religius dan nilai budi pekerti yang tinggi.

Simaklah beberapa contoh berikut ini.

       1.  Tembang dolanan yang berisi nilai religius dan keagamaan

           Beberapa jenis lagu dolanan daerah berikut, akan menjelaskan mengenai nilai-nilai religius dan keagamaan.

      a. Tembang Sluku-sluku Bathok, dalam lagu ini menjelaskan hendaknya manusia membersihkan bathinnya dan harus selalu mengingat nama Allah dengan menggelengkan kepala sambil banyak berzikir di saat susah maupun senang.

          b.  Tembang Ilir-ilir, dalam lagu ini memiliki kandungan makna kita sebagai manusia harus bangkit dari keterpurukan kehidupan. Selain itu orang-orang juga disarankah untuk selalu mempertebal iman dan terus berjuang agar mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

        c. Tembang Padhang Wulan, makna dari lagu ini adalah rasa syukur yang harus selalu kita panjatkan kepada Tuhan, karena kuasa-Nya kita masih dapat menikmati keindahan alam yang berupa terang bulan.

       2. Tembang dolanan yang berisi nilai budi pekerti

        

Berikut ini adalah tembang-tembang dolanan yang yang memiliki makna mengenai nilai budi pekerti.

                 a.Lagu Jaranan, lagu ini memiliki makna mengenai budi pekerti antara lain rasa kebersamaan dan menghormati orang yang memiliki tingkatan sosial yang lebih tinggi kedudukannya.

                   b.Lagu Menthok-menthok, merupakan lagu yang memiliki makna introspeksi diri. Sebagai sesama makhluk yang diciptakan oleh Allah manusia tidak boleh menyombongkan diri, karena sesungguhnya manusia di dunia ini diciptakan dengan sisi baik dan sisi buruknya.

              c.Lagu Gundul-gundul Pacul, mengajarkan makna bahwa tidak ada seorangpun yang boleh memiliki sikap paling benar, paling bisa, dan paling pintar.

                 d.Lagu Dondhong Opo Salak, lagu ini menjelaskan bahwa banyak orang yang dari luar kelihatan bagus namun aslinya orang tersebut adalah orang yang tidak baik. Seperti buah kendondong yang bagus diluar namun isinya kasar dan tajam. Lebih baik menjadi orang yang seperti buah salak, walaupun di luarnya kasar, namun sesungguhnya orang yang baik dan halus.

Teknik dan Gaya Menyanyi Lagu Daerah

Lagu daerah biasanya diirigi dengan alat musik daerah pula. Lagu daerah Jawa Tengah biasanya diiringi dengan seperangkat alat musik daerah yang lengkap dalam hal ini disebut dengan karawitan. 

Banyak karya-karya lagu daerah diiringi dengan adanya musik karawitan. Musik karawitan tersebut dapat dimainkan dengan berbagai musik ansembel atau komposisi musik lain yang bersifat tradisional dan tidak diketahui penciptanya.

Pada umumnya sebuah komposisi karawitan untuk lagu daerah sangat sulit untuk ditentukan usianya. Sehingga seringkali seorang pemain karawitan akan mengurangi dan menambah komposisi karawitan yang mainkan.

Selain teknik menyanyi, lagu daerah juga memiliki gaya yang berbeda. Komposisi dalam karawitan akan dapat mengembangkan potensi perbedaan sebuah daerah dengan daerah yang lainnya. Inilah yang menyebabkan adanya gaya musikal yang berbeda dalam menyanyikan lagu daerah. Berikut ini adalah beberapa kondisi yang menyebabkan karakteristik gaya musikal yang berbeda satu daerah dengan yang lain.

1.Gaya lokal

Gaya ini merupakan tipologi karakteristik kedaerahan yang menyebabkan adanya perbedaan nilai keindahan dan sifat ekspresif antara satu daerah dengan daerah lainnya. Dewasa ini, gaya lokal ini sering kali dihubungkan dengan adanya isu globalisasi. Inilah yang kemudian sering disebut dengan entitas lokal genius.

2.Gaya individual

Gaya ini menjelaskan tipologi karakteristik yang dimiliki oleh tokoh pencipta lagu. Setiap lagu akan memiliki gaya yang berbeda, karena lagu-lagu ini diciptakan oleh orang-orang yang berbeda.

3.Gaya periodikal

Gaya yang merupakan tipologi karakteristik zaman tertentu, yang kemudian akan menyebabkan perbedaan gaya musikan dengan zaman yang lainnya.

Gaya dalam bentuk musikal  merupakan tipologi karakteristik yang memiliki bentuk karya musikal yang berbeda satu sama lainnya. Misalnya dalam karawitan Betawi diiringi dengan musik gambang kromong , dan gaya atau musical style dikenal dengan istilah Liaw. Lagu daerah yang dimiliki oleh suatu masyarakat sering dibawakan oleh penyanyi. Istilah penyanyi lagu daerah pada setiap daerah juga berbeda. Berikut ini penjelasannya.

1.Pulau Jawa

Di daerah Jawa, Sunda dan Bali seorang penyanyi lagu daerah umumnya disebut dengan Sinden. Seorang penyanyi lagu daerah akan menyanyi dengan diiringi oleh orkestra dari musik tradisional. Misalnya seorang sinden yang akan menyanyi dengan diiringi oleh bunyi tetabuhan dari seperangkat gamelan yang utuh. Pada penyanyi Jawa yang disebut dengan sinden akan menyanyi dengan posisi duduk bersimpuh dengan memakai pakaian yang ketat dan mengunakan stagen yang menekan bagian perut.

Pesinden yang baik akan memiliki kemampuan untuk berkomunikasi yang luas dan keahlian vokal yang baik, dan kemampuan yang mumpuni untuk menyanyikan tembang-tembang Jawa, yang umumnya memiliki cengkok Jawa yang khas. Dalam bahasa Jawa Sinden juga disebut dengan Waranggana. Pada zaman dahulu waranggana adalah satu-satunya wanita yang ada dalam pergelaran wayang kulit ataupun kelenengan. Sinden harus bisa menyanyi mengikuti irama gending yang dibunyikan oleh para niyaga (penabuh gamelan). Namun sinden tidak hanya tampil sendirian dalam pergelaran wayang ataupun klenengan, tetapi bisa sebanyak delapan hingga sepuluh orang sinden dalam setiap kali pergelaran, tergantung pada besar atau kecilnya pergelaran yang dilakukan.

2.Pulau Sumatra

Gaya menyanyi lagu daerah di daerah Sumatra adalah perkolong-kolong. Perkolong kolong merupakan kesenian Suku Karo dari Sumatra utara yang dinyanyikan oleh sepasang pria dan wanita. Kedua penyanyi itu juga merangkap sebagai penari pada acara Gendang Goro Goro Aron. Selain menari dan menyanyi perkolong kolong juga harus memiliki kemampuan untuk saling berbalas pantun. Pantun tersebut pada umumnya berisi mengenai nasehat dan candaan lucu yang memiliki tujuan untuk menghibur masyarakat yang menonton

3.Pulau Kalimantan

Di Kalimantan Selatan ada yang disebut dengan Madihin, yang artinya orang yang membacakan pantun-pantun yang diiringi dengan bunyi gendang yang ditabuh. Madihin memiliki fungsi sebagai sarana untuk menghibur para raja dengan pantun yang berisi dengan pujian. Selain itu madihin juga digunakan untuk menghibur bagi rakyat pada waktu-waktu tertentu.

4.Pulau Papua

Pada masyarakat Papua mereka akan bernyanyi dengan gerakan yang energik sambil memukul alat musik yang bernama tifa. Meskipun melakukan gerakan-gerakan yang energik dan memukul tifa, tenaga dan energi mereka tetap terjaga dengan baik. Konon katanya, hal ini karena banyak dari masyarakat Papua yang mengonsumsi ulat sagu

untuk melihat tayangan videonya bisa di lihat di sini